Rabu, 17 Desember 2008

refleksi mata kuliah wawancara

Refleksi/Wawancara/2008 Eka Harumi Sediaswati

210110070090

Refleksi Mata Kuliah Wawancara

Wawancara… dosennya Pak Sahala? Nggak kebayang deh gimana nanti… mendengar cerita tentang Pak Sahala dengan tugas yang menumpuk, wuuuuaaaah bikin deg-degan buat memulai mata kuliah Pak Sahala. Pertama-pertama kuliah Pak Sahala dimulai, yaampu,bener dong kita dikasih daftar buku-buku yang harus dipakai untuk mata kuliahnya. Ada 36 buku yang harus kita punya untuk selama mata kuliah wawancara ini. Entah itu minjem di perpus ataupun beli sendiri. 36 booo… heboh abis, huuufff.

Oiya Pak Sahala itu nggak pernah telat lho, dia selalu on time kalo masuk ke kelas. Udah gitu, dia orang yang rendah hati, padahal wartawan mana sih yang g kenal dia. Sangat terkenal, dengan kritikan-kritikannya yang tajam. Dia selalu bercerita bahwa, seseorang wartawan jangan pernah percaya dengan satu kebenaran yang telah diterimanya. Mencari-cari informasi dari segala sumber itu yang harus dilakukan. Wartawan itu tidak kenal lelah dan tidak kenal tidur. Tugas pertama Pak Sahala, udah disuruh ngerangkum aja, tugas kedua, ngerangkum juga tapi lebih banyak. Yang ketiga, malah, lebih banyak lagi buku yang harus dirangkum. Gila, harus adaptasi gini. Tugas berikutnya, lebih sulit dari sebelumnya. Apalagi kalo udah kena revisi, berasa dapet tugas dobel gini.

Tugas yang paling berat itu kalo pas dapet tugas ngerangkum sama dapet PL. yampun, itu udh bingung aja gimana cara ngebaginya. Tugas ngerangkum itu bukunya banyak, apalagi ribetnya kalo udh sampe pembahasan tuh. Beeeeeh…. Pusing mau pake buku apa. Trus, kalo PL, nyari narasumbernya dooong.. susah banget. Trus waktunya Cuma satu minggu lagi.

Mau cerita aaaah…

PL 1, ngambil bahan berita dari Koran hari senin, berita langsung gitu. Ternyata, kita harus nyari narasumber yang seorang “ahli” yang berkaitan dengan berita tersebut. Harus seorang ahli, ataupun ilmuwan. Pak Sahala mengajarkan kita, agar berani dengan orang asing. Memang sih untuk membuat janji dengan seorang ahli, haruslah membutuhkan waktu dan sangat tidak mudah. Saya mengambil berita mengenai kesehatan makanan yang berhubungan dengan penyakit kanker. Saya bingung harus mengambil narasumber siapa yang harus saya wawancarai, akhirnya, saya berinisiatif untuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dan mewawancarai ahli Onkologi disana.

Tetapi sangat sulit, karena seorang dokter yang juga ahli onkologi itu sangatlah sibuk. Akhirnya saya mendatangi Fakultas Kedokteran di UNPAD, dan mencari ahli gizi. Saya mendapatkan ahli gizi itu, ternyata ia sedang makan siang di Jatos, dan saya pun mendatanginya. Wawancara berjalan dengan lancar. Kesan pertama saya mewawancarai narasumber, ternyata mengasikkan dan menantang. Karena tidak mudah membuat orang yang diwawancarai itu memberikan semua informasi yang dibutuhkan.

Yang menarik juga saat menjalankan PL2, yaitu mewawancarai seorang pengusaha yang sudah punya nama dan usahanya itu benar-benar harus dimulai dari nol dan menjadi sebuah usaha yang besar. Saya mencari dan mencari. Bertanya kepada ibu saya. Tetapi hasilnya hanya sia-sia. Akhirnya saya mencari dari internet di peluanng usaha. Saya membaca artikel mengenai usaha Swandani. Seorang ibu rumah tangga yang ingin membantu suami dalam mencari uang. Akhirnya ia berinisiatif untuk membuka usaha rujak bikinan sendiri dan menjualnya di garasi rumahnya. Dengan perjuangan yang berat selama hampir 23 tahun ia membangun usaha dengan susah payah. Akhirnya ia mendapatkan semua impiannya untuk membangun usaha di bidang makanan tradisional tersebut.

Dalam wawancara kali ini saya sangat senang. Karena narasumber yang saya wawancarai ini sangatlah baik. Pertama-tama, saat datang di ke rumah makan Swandani yang bernama Dapur Solo di kawasan Sunter Utara ini. Saya langsung di sambut oleh semua karyawannya. Dan ternyata siang itu mereka sedang melakukan briefing yang dilakukan setiap hari. Tujuan briefing itu sendiri untuk mempererat tali persaudaraan diantara bos dan karyawannya. Swandani merupakan pemilik yang sangat memperhatikan para karyawannya. Saat melakukan wawancara juga Swandani pun begitu terbuka saat memberikan semua cerita dan pengalamannya tentang membangun usaha ini. Ia pun memberikan suguhan kepada saya untuk mencicipi semua menu makanannya. Dan ternyata memang semua makanan Dapur Solo itu memang sangat lezat. Waaaah... tidak salah saya memilih narasumber ini. Bukan karena saya disuruh mencicipi makanannya lho... tetapi karena memang Ibu Swandani sangatlah terbuka kepada semua orang. Ia pun bercerita bahwa ia ingin cerita dan pengalamannya itu bisa menjadi inspirasi banyak orang.

Untuk PL3 yang ketiga ini belum dilakukan wawancaranya. Saya akan melakukan wawancara ini pada hari Kamis esok tanggal 18 Desember 2008. Wawancara kali ini mengenai “Perempuan dalam Politik“. Narasumbernya harus seorang perempuan tentunya. Yang tertantang dalam wawancara kali ini, adalah kita diharuskan mewawancarai orang penting, yaitu anggota DPR ataupun caleg DPR pemilu 2009. Betapa sulitnya mendapatkan narasumber caleg ataupun anggota DPR. Saya pun bercerita kepada teman saya. Dan ternyata, ibu teman saya itu adalah seorang caleg. Betapa beruntungnya saya. Saya pun membuat janji Kamis ini. Saya pun belum mendapatkan kesan dalam wawancara kali ini, karena saya belum melaksanakan wawancara kali ini.

Dalam semua tugas-tugas dan pelatihan yang saya laksanakan ini, saya mengambil kesan bahwa Pak Sahala mengajari kami semua agar bisa mandiri dan membaca banyak sekali buku. Karena seorang wartawan harus terbuka otaknya dan sebelum melakukan wawancara sebaiknya otak kita diisi dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai apa yang akan kita tanyakan kepada narasumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar